Jumat, 05 Oktober 2012

1 Pemerintah Targetkan Ekspor Batik US$1 Miliar


PEMERINTAH TARGETKAN EKSPOR BATIK US$1 MILIAR


           Pemerintah menggenjot ekspor batik hingga lebih dari US$1 miliar pada tahun depan. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan hal itu dapat dilakukan dengan mengadakan pameran batik bertaraf internasional di berbagai negara, termasuk di kawasan Afrika. "Saat ini ekspor batik sudah mendekati US$1 miliar," kata Hatta saat membuka Pekan Batik Nusantara di Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu 3 Oktober 2012.
         Menurut Hatta, pemerintah akan mempermudah para pengrajin batik agar bisa mendapatkan tambahan modal melalui Kredit Usaha Rakyat dan menjembatani mereka di perbankan nasional. Pemerintah juga akan mengajak kalangan swasta untuk mengembangkan batik yang telah menjadi budaya Indonesia selama ratusan tahun. "KUR tahun ini mencapai 30 triliun. Ini harus disalurkan kepada UKM yang membutuhkan, terutama industri yang menyerap tenaga kerja banyak seperti industri batik," ujar Hatta.
           Batik tidak hanya dilihat dari sekadar ekonomi saja, tetapi juga dari berbagai aspek kehidupan seperti simbol kekuatan budaya Indonesia. Hatta menjelaskan, setiap goresan para pengrajin di kain yang polos maka terbentuk kekuatan inovasi dan kreativitas. "Kita jangan menilai sekian ratus ribu rupiah yang akan diperoleh para pengerajin, tapi kekuatan pemikiran dan kreativitas yang dia kerahkan menjadi produk yang indah," katanya.
           Hatta meminta para pengusaha dan desainer dapat menjadikan batik sebagai trend fashion baik di dalam maupun luar negeri. Maka tak heran jika pemerintah telah menjadikan tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional. Batik memang telah jadi warisan budaya dunia, namun bagi banyak perajin batik, tidak mudah untuk memasarkan hasil karya anak bangsa ini. Misalnya bagi para pengusaha batik skala kecil di Grobogan, Jawa Tengah.
        Selama ini, para perajin batik di Grobogan mengembangkan batik tulis dengan motif utama tanaman pertanian seperti jagung, padi, dan cabai. Selembar batik tulis katun kualitas prima bisa diperoleh dengan harga Rp 120 ribu. Harga ini tergolong murah, tapi usaha para perajin ini ternyata tidak juga berkembang. Seperti diungkapkan oleh salah seorang perajin, Sri Ningsih, usaha batiknya selama ini terkendala oleh masalah pemasaran. Maka, dengan momentum Hari Batik Nasional yang jatuh hari ini, Selasa (2/10), Sri berharap batik hasil karyanya bisa lebih berkembang, khususnya dalam hal meluaskan pemasaran.
        Ancaman lain yang dihadapi adalah keberadaan batik kini dijejali juga dengan hadirnya batik "asing." Biasanya batik ini berasal dari Cina dengan harga yang lebih murah, pengusaha asing yang tak ragu menggelontorkan banyak uang demi mencontoh motif batik Indonesia. Di lain pihak, pengrajin lokal Tanah Air membutuhkan dana karena sulit mengembangkan usaha dengan modal mandiri. Meski terkesan konservatif, batik menjadi salah satu wakil Indonesia di pentas dunia. Penghargaan terhadapnya bisa terwujud dengan penggunaan batik asli buatan anak bangsa. Jadi, busana batik apa yang Anda kenakan hari ini? Apakah buatan bangsa sendiri atau hasil kreasi bangsa lain yang ikut mengagumi batik? Pilihan ada di tangan Anda. Sumber: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/356511-pemerintah-targetkan-ekspor-batik-us-1-miliar